24 November 2013

Kisah Sukses Mantan Seorang Buruh.....

Setelah sekian lama blog ini vakum, pada kesempatan kali ini saya akan memuat sebuah kisah yang sangat inspiratif tentang seorang bernama Darmanto, seorang mantan buruh percetakan yang hanya tamatan SMP, kisah ini saya sadur dari blog Mas Yodhia Antariksa, selamat membaca.... Dua minggu belakangan, demo buruh marak dimana-mana. Tuntutan mereka sama : agar gaji UMR/UMP bisa dinaikkan secara signifikan. Meski acap membuat jalanan macet, dan perusahaan tempat mereka bekerja terpaksa tutup karena tak kuat menanggung beban biaya, demo buruh itu terus berjalan dengan penuh gelora. Ditengah suara protes yang terus membahana itu, kita mungkin perlu menengok kisah Darmanto, buruh kasar yang hanya lulusan SMP. Dalam sunyi, ia lebih memilih mengubah nasib dengan tangan sendiri. Tidak dengan suara tuntutan yang acap memekakkan telinga. Kisah Darmanto adalah sekeping cerita tentang kegigihan, tentang daya juang yang bertumpu pada etos kemadirian; dan bukan selalu menuntut pihak lain agar dirinya sejahtera. Saya mengenal Darmanto dari internet. Beberapa kali saya order layanan dia untuk melakukan review dan mencantumkan backlink ke web yang saya miliki. Ongkosnya Rp 100 ribu per review. Sejauh ini, saya puas dengan hasil kerjanya. Lalu disebuah sore yang tenang, tiba-tiba telpon saya berdering. “Hallo, mas Yodhia, ini Darmanto”. Saya banyak memberi order kepada para blogger penyedia layanan review web dan penulis artikel. Namun hampir tak ada yang menelpon balik. Makanya saya agak terkejut dengan telpon Darmanto di sore yang teduh itu. Ia bilang, selalu melakukan ritual untuk menelpon balik para pelanggannya : sekedar silaturahmi dan menanyakan apakah puas dengan hasil kerjanya. After sales service, begitu isitilahnya. (buruh yang hanya lulusan SMP ternyata paham benar dengan strategi customer retention. ) Lalu kemudian kami berbincang-bincang tentang sejumlah hal, dan juga tentang kisahnya. Darmanto adalah pria dari kampung udik. Tepatnya di dusun Dusun Kranding, Warungpring, 2 jam dari kota Pemalang. Sebuah dusun yang berada di bibir hutan Randudongkal, jauh dari modernitas dan hingar bingar dunia digital. Ia hanya lulusan SMP. Ia tak punya uang untuk sekolah ke SMA. Selepas SMP ia hanya bekerja sebagai buruh rendahan di sebuah perusahaan percetakan di Jakarta Barat. Namun gajinya tak seberapa. Ia bosan dengan kemiskinan yang setia menemaninya. Dari komputer di kantornya, ia kemudian sekilas berkenalan dengan dunia internet – sebuah dunia yang ia pikir, mungkin bisa membuatnya terbebas dari kelas buruh rendahan. Begitulah, tiap akhir pekan ia lalu nongkrong seharian di toko buku Gramedia, dekat kos-kosannya yang reot di kawasan kumuh Jakarta Barat. Ia betah berjam-jam di toko itu demi membaca dan menggali ilmu tentang internet (ia hanya sanggup membaca di tempat, sebab ia tak cukup punya uang untuk membeli buku-buku tersebut). Ia nongkrong membaca begitu banyak buku tentang internet : tentang blogspot, wordpress, PHP, online reseller hingga Search Engine Optimation. Istilah-istilah dunia online itu tak membuatnya gentar, meski ia sadar hanyalah buruh lulusan SMP dari sebuah desa nun jauh di pedalaman. Kegigihannya untuk mengubah nasib membuat ia tekun belajar secara otodidak. Sebab hanya dengan ini, saya bisa mengubah nasib secara mandiri. Begitu ia membatin kala itu, sambil kakinya pegal-pegal lantaran ia hanya boleh membaca buku di tempat toko buku sambil berdiri berjam-jam. Kala malam tiba, ia menghabiskan waktu di internet dengan tarif termurah. Ia tekun mempraktekkan apa yang telah ia baca. Pelan-pelan ia kemudian bisa membuat web, melakukan programming CSS, hingga mengulik teknik tentang optimasi page rank. Dengan kemauan, tak ada yang tak mungkin bahkan bagi buruh kasar yang cuma lulusan SMP. Dari proses itu, ia kemudian memberanikan diri memberikan layanan jasa internet : mulai dari membuat web design, jasa review blog hingga jasa SEO. Ia masih melakukannya sembari tetap bekerja sebagai buruh rendahan di kantor percetakan. Setelah dijalani selama setahun secara sambilan, ia merasa waktunya tak lagi cukup : sebab order alhamdulilah terus datang. Enam bulan lalu ia resmi resign dari jabatannya yang ia sandang dengan penuh kepahitan : buruh kelas rendahan dengan upah pas-pasan. Kini ia bekerja secara full time sebagai : an Internet Expert from Randudongkal. Ia juga memutuskan untuk pulang ke kampungnya, dusun Kranding yang jauh dari keramaian. Dari desa yang sunyi itu, ia menjalani usahanya dengan penuh passion (meski desa, koneksi internet di dusunnya tergolong cepat karena masuk dalam jangkauan SmartFren). Penghasilannya kini jauh lebih banyak dibanding saat ia menjadi buruh rendahan. Bukan hanya itu, ia bisa menjalani usahanya dari desanya yang teduh, dengan biaya hidup yang jauh lebih murah di banding di Jakarta. Kalau melihat hasil kerjanya yang pernah saya order dari dia, saya tidak menyangka kalau ia hanya lulusan SMP. Artikel reviewnya oke, dan yang lebih penting : dampaknya bagi page rank web saya termasuk signifikan (web saya di mata Google menjadi kian cemerlang). Sekali lagi, kisah Darmanto menyuguhkan sekeping wisdom : perubahan nasib bisa dilakukan siapa saja, tanpa melihat status pendidikan, kelas sosial ataupun apakah Anda lahir di kota atau desa kampungan. Darmanto mungkin sejenis insan yang percaya bahwa hanya dirinya sendiri yang bisa mengubah nasib; dan bukan dengan berpangku tangan pada belas kasihan orang lain. Spirit kemandiriannya membuat ia terus gigih belajar, mengejar ilmu dan kemudian memanfaatkannya demi perubahan nasib.

No comments:

Post a Comment