15 January 2011

Social Entrepreneur


SAYA beruntung sekali pekan lalu bisa berkenalan dengan seorang perempuan hebat. Dia sudah berusia 43 tahun. Jauh-jauh dari Jogjakarta datang ke Jember, Jatim, perempuan yang tengah mengandung janin empat bulan itu ingin bertemu dengan saya dan seorang sahabat baiknya yang tinggal di Lumajang.
Saya mengenalnya lewat facebook, setelah seorang sahabat saya banyak membicarakan Mbak Candra, sapaan akrab perempuan itu. Mbak Candra adalah perempuan multi tasking. Dia dikenal sebagai pengusaha batik, pengusaha bebek yang membina peternak di lebih dari 50 desa di Jogjakarta dan beberapa kabupaten di Jateng. Selain itu, dia anggota Ikatan Wanita Pengusaha (Iwapi) Jogjakarta.
Dia juga seorang dosen pengampu mata kuliah marketing dan manajemen strategic di sebuah perguruan tinggi di Jogja. Saat ini sedang menempuh program S3 di Unair. Dan mungkin masih banyak sederet aktivitas yang belum saya ketahui. Maklum, saya baru bertatap muka dengannya kurang dari 48 jam.
Saya tak ingin mengulas profilnya lebih jauh. Sebab, Mbak Candra tidak suka diekspos. Saya ingin menghormati privasinya. Namun, saya tidak mungkin dicegah untuk menulis gagasannya tentang pemberdayaan masyarakat pinggiran.
Berbekal jaringannya di kalangan pengusaha, dia bisa menghimpun modal untuk mendanai gagasannya memberdayaan petani-petani miskin untuk beternak bebek. Dalam tempo dua tahun, dia sudah membina ratusan peternak di seluruh kabupaten di Jogjakarta, Boyolali, Solo, Karanganyar, Magelang, dan Magetan. Dalam sebulan, dia bisa menyuplai pasar hingga 70 ribu ekor bebek!
Modal awalnya hanya Rp 10 juta. Duit itu berasal dari koceknya pribadi. Lalu, beranak pinak hingga miliaran rupiah. Tentu, dia membangun proyek pemberdayaan itu tidak sendirian, melainkan bersama teman-temannya sesama pengusaha yang peduli pada pengentasan kemiskinan.
* * *
Mari kita ikuti sepenggal cerita pendek kegiatan filantropi triliuner dunia. Kita ambil contoh Bill Gates, Warren Buffet, dan Michael Bloomberg. Ketiganya adalah orang-orang tajir kelas dunia. Hartanya triliunan rupiah. Dan yang pasti, bukan pengusaha muslim!
Bagaimana Bloomberg bicara soal filantropi? ‘’Saya orang yang sangat percaya bahwa memberi dan selalu memberi adalah rencana keuangan terbaik.’’ Dan Bloomberg tidak omong kosong.
Bloomberg menyumbang 254 juta dolar Amerika atau setara Rp 2,3 triliun kepada 1.400 lembaga nirlaba di dunia setiap tahun. Kabarnya, itu senilai 60 persen dari seluruh hartanya. Langkah ini juga diikuti para triluner dunia lainnya. Bloomberg dan 40 triliuner Amerika berkomitmen menyerahkan separo (50 persen, bukan cuma 2,5 persen) hartanya untuk amal. Aksi amal kaum jetzet itu dipimpin Bill Gates, pendiri Microsoft dan Warren Buffet, seorang investor dan CEO Barkshire Hathaway.
Majalah Forbes memperkirakan, dana yang terkumpul mencapai lebih dari 150 miliar dolar Amerika atau setara Rp 1.380 triliun. Ini hanya amal 40 orang tajir Amerika yang nilainya setara dengan APBN Indonesia setahun.
Bill Gates sempat gelisah dengan penghasilannya yang Rp 5 miliar per minggu. Lalu, dia memerintahkan notaris untuk menyerahkan seluruh penghasilannya untuk badan amal. Gates hanya minta sisa sedikit untuk mentraktir keluarganya setiap Sabtu – Minggu.
* * *
Meski sedikit berbeda, kisah Mbak Candra dengan para triluner dunia itu ada benang merah yang sama. Yakni, mereka membangun bisnis bersama orang-orang lemah.
Saya hanya berpikir, Bloomberg, Gates, dan Buffet bukanlah orang muslim. Tapi, rasanya mereka lebih dermawan dari orang muslim sendiri. Bayangkan, sumbangan sosial mereka (saya tidak mungkin menyebutnya sebagai sedekah) mirip dengan kisah-kisah para sahabat Rasulullah Muhammad SAW.
Kita tentu ingat bagaimana saat ada seruan jihad, Abu Bakar memberikan seluruh hartanya di jalan Allah. Ternyata, pengikut jejak Abu Bakar malah Gates. Lalu, Umar bin Khattab menyedekahkan separo hartanya. Dan yang mengikuti jejak Umar adalah Bloomberg.
Lantas, kita orang Islam, pengusaha muslim, mau ikut yang mana?
Karena itu, saya sangat salut dengan konsep pemberdayaan yang digagas Mbak Candra. Atas inisiatifnya sendiri, dia berjuang untuk mengangkat derajat kaum miskin papa. Dengan memberdayakan kaum lemah, peternakan bebeknya makin menggurita, menembus batas desa, kabupaten, bahkan provinsi. Mengajak orang lain dalam bisnisnya tidak membuat entitas bisnisnya susut, justru kian berkembang dan beranak pinak. Mungkin inilah yang disebut dengan keberkahan.
Benarlah janji Allah yang akan mengganti setiap sedekah yang kita keluarkan dengan balasan yang lebih banyak dan lebih baik. Allah akan melipatgandakan setiap sedekah kita minimal 10 kali lipat, yang dari 10 kali lipat itu bisa berkembang menjadi 700 kali lipat. Matematika Allah ini jelas tidak bisa dicerna rasio. Tapi, semua sangat mungkin di sisi Allah.
Terlepas apa pun motif para taipan dunia itu menyumbangkan hartanya dengan begitu rupa, sepertinya Gates, Bloomberg, dan Buffet, sudah ‘’mengamalkan’’ ajaran Islam tentang sedekah dan kesalihan sosial dengan konsisten. Dengan menyumbangkan seluruh hartanya atau separo hartanya, ternyata Gates, Bloomberg, dan Buffet tidak jatuh miskin.
Jika semua pengusaha dan entrepreneur Indonesia memiliki kedermawanan yang tak terhingga, rasanya tidak ada lagi orang miskin di negeri ini. Tak ada lagi cerita orang miskin bunuh diri karena terbelit utang, pelajar bunuh diri karena tak bisa sekolah, dan sebagainya.
Saya ingin menutup catatan pendek ini dengan sebuah hadits. Dari Imam Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Al Hakim meriwayatkan dari Abu Darda’ bahwa dia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘’Carilah (keridhaan)-Ku melalui orang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian.’’ (*)

No comments:

Post a Comment