15 January 2011

Utang Negara Kita RP. 1.807,5 Triliun



Jumlah utang pemerintah tahun 2011 diproyeksi sekitar Rp 1.807,5 triliun atau naik sebesar Rp 119,2 triliun dibanding posisi 2010 senilai Rp 1.688,3 triliun. Jumlah utang ini terdiri atas penerbitan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 1.197,09 triliun dan pinjaman luar negeri (PLN) Rp 610,38 triliun. Demikian headline news salah satu berita di bataviase.co.id, Jakarta, 20 Agustus 2010.
Dengan utang sebanyak itu, rakyat indonesia yang berjumlah hampir 238 juta jiwa pada sensus tahun 2010 masing-masing menanggung Rp. 7,6 juta. Seandainya jika rakyat Indonesia patungan untuk membayar utang itu, maka diperlukan sekitar 7 bulan bagi tiap orang untuk dipotong seluruh pendapatannya. (Asumsi pendapatan rata-rata penduduk Indonesia sekitar Rp. 1, 17 juta : www.christianpost.co.id).
Dari angka diatas kita ketahui bahwa utang negara ini bertambah. Saya menyatakan secara eksplisit bahwa sebenarnya kesejahteraan yang kita peroleh sekarang (seandainya ada kesejahteraan sebenarnya) adalah utang. Hanya kesejahteraan semu yang bukan milik kita.
Jika saya umpamakan Negara kita ini adalah pedagang, sepertinya selama 65 tahun lebih negara kita tidak pernah untung. Defisit terus sehingga harus mengutang ke pedagang lain. Kapan Indonesia pernah lepas dari utang? Berarti kita adalah pedagang yang merugi sepanjang tahun.
saya tidak dapat membayangkan berapa banyaknya uang Rp 1.807,5 triliun pecahan 100 ribu seandainya diletakkan di kamar saya. Tentu saja akan penuh oleh uang. Apakah pemangku kebijakan di negara ini tidak pernah berpikir untuk melepaskan negara dari utang? Orang bijak bilang, bahwa utang dapat menggadai masa depan. Barangkali inilah contohnya. Apa jadinya masa depan negara yang penuh utang? Tentu saja harus menuruti si pemberi utang.
Tapi rakyat sepertinya santai saja menanggapi angka sangat besar itu. Dianggapnya kesejahteraan yang ada sekarang tidak akan diambil oleh orang lain. Padahal kita semua tahu sendiri bahwa utang harus dikembalikan kepada pemberi utang. Uang yang mereka berikan itu kelak akan diambil kembali, dan saat itulah kesejahteraan yang kita rasakan mulai menghilang.
Mari jangan tidur terus dininabobokan oleh uang dari utang ini. Saat uang itu habis, dan negara harus mengembalikannya lagi kepada pemberi utang, Apakah kita sudah punya persiapan? Ataukah kita akan utang lagi dengan menggadaikan harga diri kita sebagai bangsa? Di cap sebagai Negara Tukang Utang.
Tentu saja utang tidak masalah bagi para ahli ekonomi yang berotak pedagang. Utang adalah solusi untuk menambah modal dan mengembangkan usaha, begitulah kata sebagian pedagang. Tetapi alangkah lebih baik jika kita sejahtera atas usaha tanpa utang?

No comments:

Post a Comment